Monday, November 27, 2017

Naskah Teater- OZONE atau ORKES MADUN IV babak satu Karya ARIFIN C. NOER

Naskah Teater- OZONE atau ORKES MADUN IV babak satu Karya ARIFIN C. NOER

OZONE
Karya ARIFIN C. NOER


BABAK SATU

Naskah Teater- OZONE atau ORKES MADUN IV babak satu Karya ARIFIN C. NOER


Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus, menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis music yang berlum pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika music dan bunyi-bunyian ini melenyap.

Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya kembali berwarna hijau.

BOROK
Sampai di mana kita?

(Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g

BOROK
Modar! Sampai di mana kita?

(Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam semesta, alam raya, begitu rapih kesatuannya)

BOROK
Otakku tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong!

RANGGONG (Mengeja, khidmat)
A….B….C….De….A…B….

BOROK
Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah memimpikannya apalagi memerkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi.

RANGGONG
Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua….

(Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya)

BOROK
Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian.


Ketika Borok akan memrogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong menghalanginya
RANGGONG
Kita tidak akan pernah kembali. Kita tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini

BOROK
Kita istirahat sebentar. Saya tidak tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung oleh otak yang macet ini.

RANGGONG
Borok. Kita tidak akan pernah berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah.

BOROK
Petualangan Waska kali ini sangat menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka. Saya tidak suka. Saya hanya ingin mati.

RANGGONG
Saya juga. Waska juga. Kita bertiga ingin mati.

BOROK
Tapi kita tidak pernah mati juga.

RANGGONG
Kita sedang menuju ke sana. Ke mimpi kita. Ke mati.

BOROK
Indah sekali

RANGGONG
Ya, indah sekali. Sebab itu kita tidak akan pernah kembali.

BOROK
Tapi perjalanan ini menyiksa saya.

RANGGONG
Perjalanan ini penuh pesona. Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita. Indah sekali, bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa yang terjadi barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan memulai lagi hidup ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus.

BOROK
Modar! Betul-betul seorang bayi!

RANGGONG
Bayi itu indah sekali

BOROK
Ia melayang-layang diantara bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa dia?

RANGGONG
Itu kamu Borok! Kamu.

BOROK
Saya?

RANGGONG
Iya kamu.

BOROK
Kamu sendiri mana?

RANGGONG
Sebentar lagi saya akan kelihatan tidak jauh dari bintang itu.

BOROK
Itu dia.

RANGGONG
Ya. Ya.

BOROK
Tapi itu seekor kuda putih. Modar! Bayi itu menunggang kuda!

RANGGONG
Itu saya.

BOROK
Modar! Sombong sekali kamu.

RANGGONG
Sekarang perhatikan lagi. Mahluk itu sedang mendekati bayi kamu.

BOROK
Modar! Apa itu? Dinosaurus! Modar! Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa-ketawa dia. Modar! Ia melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita.

RANGGONG
Balaslah lambaiannya

Borok kemudian melambai-lambaikan tangannya. Juga Ranggong.

RANGGONG
Bagaimana sekarang?

BOROK
Semangat saya kembali berkibar-kibar. Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka petualangan ini.

RANGGONG
Iniah petualangan sejarah Waska!
BOROK
Kita akan sampai ke ujungnya?

RANGGONG
Kita akan sampai ke ujung sejarah!

BOROK
Dan kita akan mati.

RANGGONG
Kita akan mati.

(Waska tiba-tiba meraung dahsyat sekali)

WASKA
Gustav!

GUSTAV
Saya di sini, Waska!

WASKA
Debleng!

DEBLENG
Saya di sini Waska!

WASKA
Engkos!

ENGKOS
Saya di sini, Waska!

WASKA
Japar!

JAPAR
Saya di sini, Waska!

WASKA
Borok!

BOROK
Saya di sini, Waska!

WASKA
Ranggong!

RANGGONG
Saya di sini, Waska!

(Waska meraung dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung dahsyat. Semua meraung dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong Kecapekan, Borok melohok, menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget tanpa suara)

BOROK
Ramai sekali mereka

RANGGONG
Karena mereka sudah mati!

BOROK
Oh, bahagianya mereka, bahagianya.

(Kawan-kawannya semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara dan bunyinya kalau kebetulan angin least. Sesekal)

BOROK
Mereka sudah mati

RANGGONG
Labih satu abad yang lalu, Borok.

BOROK
Labih satu abad yang lalu, ranggong. Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu.

RANGGONG
Eh, lihat. Lihat tuh, siapa tuh?

BOROK
Makdikipe, si juru kunci kuburan yang mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam kubur juga ada ganja?

RANGGONG
Anaknya juga tuh ikut-ikut negibing. Kayaknya bidaranya cantik benar.

BOROK
Emang mereka sama bidadari?

RANGGONG
Sama siapa lagi? Emang sama setan? Di alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang banyak setan.

BOROK
Lho, kalau gitu kawan-kawan kita yang cewek ngibing sama siapa?

RANGGONG
Sama bidadari lelaki tentu. Asyik benar mereka.

BOROK
Aduh. Aduh.
RANGGONG
Kenapa? Siapa?

BOROK
Kasihan betul Bigayah, germo tua itu. ia hanya menangis saja.

RANGGONG
Kasihan. Cintanya tidak luntur sampai dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita belum mati. Tuh lihat wajah waska. Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie.

BOROK
Kayak mummi

RANGGONG
Kita ini manusia-manusia macet. Karena sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak mau mati. Karena kita telah merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain.

BOROK
Tapi kita sudah cukup menyesal, bukan?

RANGGONG
Dosa Waska dan kita boleh jadi terlalu banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena itu boleh jadi alam masih menghukum kita.

BOROK
Hukuman apa yang paling hebat di dunia selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya sudi ditembak berkali-kali. Saya mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan adonan semen. Saya mau mati.

RANGGONG
Justru sebaliknya. Hukuman yang paling berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan hidup lebih dari kemampuan kita. Hukuman hidup!

BOROK
Kita dihukum hidup! Celakalah kita. Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa milyar disket, berapa milyar microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita ingin istirahat, kan Ranggong!?

RANGGONG
Kita ingin istirahat tapi kita sedang menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan teruskan kesedihan Borok.

(Waska yang sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan, patah-patah seperti reptilia raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak)

WASKA
Cuah! Cuah! Suara apa ini? Bisingnya bukan main.

(Ranggong memberi isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok mencoba bersikap tenang. Masing-masing pada panel dan layar monitor)


RANGGONG
Tidak ada apa-apa Waska.

WASKA
Cuah! Bohong! Ini pasti suara tangis. Mengaku, Borok, kamu menangis!

BOROK
Tidak Waska. Saya tidak pernah menangis

WASKA
Itu dulu. Sekarang saya dengar kamu sedang menangis. Jelas sekali ini suara tangismu. Memalukan. Memalukan.

BOROK
Maafkan saya, Waska.

WASKA
Tidak usah minta maaf. Saya juga sedang menangis kok. Saya capek.

RANGGONG
Kita semua capek.

WASKA
Ya, Ranggong, ya. Karena itu kita menuju matahari, membakar diri, melenyap diri. Betapa indah menjadi tiada.

RANGGONG
Betapa indah kembali serta bersama alam raya.

BOROK
Tapi, saya kira untuk mati tidak perlu kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita harus ke matahari? Terlalu jauh. Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja selama hidup dan tidak mati-mati. Lebih celaka lagi kita nantinya.

RANGGONG
Kita tetap harus kreatif, juga dalam memilih cara mati.

WASKA
Ya, kita harus menciptakan sejarah

BOROK
Eh, tiba-tiba saya mendengar suaranya? Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya, nyanyiannya.

(Ranggong mencoba ikut dengar)
 WASKA
Suara siapa? Nyanyian siapa?

BOROK
Lirih sekali

RANGGONG
Menyayat sekali

WASKA
Sialan! Suara siapa? Nyanyian siapa?

BOROK
Kekasihmu, Waska. Bi Gayah.

WASKA
Mana dia? Mana?

RANGGONG
Bersama orkes. Lihatlah. Dia menyanyi sementara kawan-kawan berjoget

WASKA
Ramai sekali mereka

RANGGONG
Karena mereka sudah mati

WASKA
Sepi sekali kita

BOROK
Karena kita masih hidup

(kembali dominan bunyi lembut mesin pesawat. Dan semua terpaku membatu. Dalam warna hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska melakukan perubahan program dan haluan pesawat)

RANGGONG
Kita kembali ke bumi, Waska?

WASKA
Kita tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan angkasa sampai kita tiada.

BOROK
Tapi kamu mengubah haluan

WASKA
Ya, kita tidak perlu pergi ke Matahari.


BOROK
Lalu di mana kita akan mencari mati?

WASKA
Di bulan

BOROK
Ah, kembali romantis kita.

RANGGONG
Tapi itu klise. Klise. Tidak orisinil. Kita harus kreatif.

WASKA
Ternyata cinta juga klise. Dan diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya, Gayah. I Love You.

BI GAYAH (dari jauh)
I Love You too, Waska. For ever, Wherever, Whenever.

WASKA
Jemput dan tunggulah aku di bulan.

BI GAYAH
Cintaku dan rinduku memenuhi angkasa. Di planet mana saja kau akan kutunggu.

WASKA
Ciumanku tak pernah lepas, Gayah.

BI GAYAH
Pelukanku akan membeku dan menjadikan kita satu.

(Waska melambaikan tangan, Bi gayah melambaikan tangan)

BOROK
Kayak adegan film remaja

RANGGONG
Lebih dari lakon Romeo dan Juliet

BOROK
Yang lelaki, Bandit dan Bandot Tua

RANGGONG
Yang perempuan Pelacur dan Germo Tua

WASKA
Bulan dalam jangkauan

BOROK
Ya, bulan dalam jangkauan
RANGGONG
Jadi, di sana kita akan mati?

WASKA
Ya, di sana

BOROK
Bulan.

WASKA
Bulan. Di sana babak sandiwara ini akan berakhir

RANGGONG
Sedikit usul. Begitu pesawat kita mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta dulu.

BOROK
Wah, asyik betul mati. Tidak sabar saya

WASKA
Begitu usai pesta nanti, terlebih dulu saya akan memanggil nama itu dan kita.

RANGGONG
Bersama

BOROK
Menanggalkan

WASKA
Helm kita

RANGGONG
Kita hisap

BOROK
Dalam-dalam

WASKA
Kematian

Kembali sunyi lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut cahaya kehijauan.

WASKA
Ke bulan

NYANYIAN
Awan akan menjadi kawan
Sepanjang perjalanan
Kalian tidak akan kesepian
Terbanglah o ruh
Terbanglah o ruh
Tuhan di seberang
Menanti kalian
Terbanglah o ruh
Terbanglah o ruh
Sementara dari langit, turun beberapa orang Nabi. Dan mereka melayang bergelantungan pada tali-tali yang ghaib.

Di bumi, suatu padang savanna Sandek dan Oni sedang menangkap capung atau kupu-kupu alit.

SANDEK
Bunga rumput dan alang-alang

ONI
Lebih dari sekedar keindahan. Sandek.

SANDEK
Oni. Tak pernah cukup rasanya kata-kata dan ungkapan yang ada untuk membungkus cinta yang menggelora. Bunga rumput dan alang-alang kuharap dapat menyembunyikan sebagian cinta itu.

ONI
Bunga rumput dan alang-alang. Lebih dari sekedar keindahan. Kau persembahkan kehidupan. Harapan. Dan apa lagi yang sedang kau tangkap?

SANDEK
Capung, Kupu-kupu. Kumbang.

ONI
Lebih dari sekedar keindahan. Kau tumbuhkan lagi apa-apa yang kemarin musnah.

SANDEK
Oni.

ONI
Sandek.

SANDEK (Menatap langit)
Bapak!

ONI
Mudah-mudahan bapak selamat.

SANDEK
Ya, supaya segera kita bisa selamatan

NYANYIAN
Terbanglah o ruh
Terbanglah o ruh
NABI
Semar.
(Semar segera menanggalkan peran Waska. Juga kedua temannya)

SEMAR
Nabi.

RANGGONG/BOROK
Hormat dan salam kami, Nabi

NABI
Semoga Tuhan memberkati kita semua

NYANYIAN
Amin.

NABI
Malam ini tontonan kamu lain sekali. Apa judulnya?

SEMAR
Ozone atawa Orkes Madun Nomor 4

NABI
Juga kisah cinta seperti yang sudah-sudah?

SEMAR
Science Fiction

RANGGONG
Secara popular seperti lakon-lakon ala Flash Gordon.

BOROK
Atau seperti film anak-anak Gogle V dan Gaban

NABI
Memang lakon untuk anak-anak?

SEMAR
Untuk semua umur. Karena lakon ini akan membicarakan sekitar persoalan umur dan uzur

NABI
Kedengarannya sangat menarik. Siapa tokoh utamanya?

SEMAR
Tokoh utama dalam lakon ini, seperti yang sudah-sudah, Waska di manusia hebat perkasa itu. ceritanya sekarang ia sedang kebingungan justru setelah ia Berjaya menandingi alam kalau boleh di sebut Tuhan. Dengan ilmu dan teknologinya yang maha canggih Waska telah berhasil melawan waktu, melawan ajal selain ia Berjaya secara ekonomis. Di tengah kejayaannya itu sebagai manusia, ia kini terbengong-bengong tidak tahu lagi mau apa. Tiba-tiba ia kehilangan arah. Kehilangan tuju. Kehilangan makna, ia merasa sia-sia. Dan cilakanya, ia merasa dimusuhi alam serta hidup karena ia tidak pernah mati.

NABI
Tidak pernah mati?

SEMAR
Tidak pernah mati

RANGGONG
Juga tangan kanannya, Ranggong

BOROK
Juga tangan kirinya, BOROK

NABI
Kasihan. Betapa sengsaranya hidup mereka.

SEMAR
Karena itulah kenapa sekarang mereka bertiga sedang mengarungi galaksi demi galaksi mencari mati.

NABI
Mencari mati

SEMAR
Mencari mati

NABI
Apakah belum juga terbit niat Waska untuk membuka-buka kita lama dan kitab suci?

SEMAR
Bagi Waska, agama sudah seperti Negara. Tidak menarik. Sudah beku, katanya. Ia membutuhkan sesuatu yang hidup karena ia adalah jiwa yang hidup.

(Seketika kedengaran bunyi sinyal tanda bahaya)

BOROK
Modar!

RANGGONG
Waska, kita sedang menuju sebuah Nebula. Pesawat tiba-tiba di luar control.

SEMAR
Permisi tuanku, saya akan kembali memainkan tokoh Waska itu.

NABI
Mau kemana kalian?
WASKA
Ke bulan.

(Sekarang semua lampu sinyal berkedip-kedip sementara lampu penerangan padam)

RANGGONG
Ada kekuatan aneh

BOROK
Modar! Hujan meteor!

WASKA
Kitalah kekuatan itu! tidak ada yang aneh. Primitive! Kitalah ruh itu. kalau ada ruh lain kita pertentangkan ruh kita. Jangan gampang panik. Hanya orang-orang bodoh yang suka panik.

RANGGONG
Arah pesawat kita tidak menentu. Semua tanda dan system tiba-tiba macet

WASKA
Kita yang menentukan arah. Kita yang menentukan system. Dan kita telah tentukan arah kita. Bulan!

(Pesawat itu berpusing-pusing di tengah hujan meteor. Cahaya sebentar-sebentar berganti warna sekilat-sekilat dan deru pun bergemuruh bercampur bunyi pesawat)

NABI
Apapun yang dilakukan mereka tidak cukup kuat untuk menghalangi kita berdoa.

WASKA
Oh, kotornya angkasa! Rongsokan di mana-mana

BOROK
Modar!

RANGGONG
Sampah teknologi di mana-mana. Bangkai roket siapa itu? awas! Hampir saja bangkai-bangkai itu menabrak kita.

NABI
Berdoa!

BOROK
Itu pasti rongsokan satelit Rusia!

RANGGONG
Bukan. Satelit Amerika! Kelihatan genit bentuknya!

WASKA
Musa. Musa.

NABI
Berdoa!

BOROK
Oh, lihatlah monyet yang melayang-layang itu.

RANGGONG
Dan anjing itu! dan apa itu!?

BOROK
Betapa kotornya angkasa. Semua berasal dari bumi kita.

RANGGONG
Belum tentu. Siapa tahu di keluasan tanpa batas ini misteri bertahta, berlapis-lapis sama gas-gas berlapis-lapis. Siapa tahu!?

WASKA
Adam. Adam.

NABI
Berdoa!

WASKA
Oh, bau apa ini?

RANGGONG
Wanginya. Wanginya.

BOROK
Modar! Harumnya!

WASKA
Ilusi! Ilusi!

RANGGONG
Bukan ilusi, Waska. Betul-betul wangi.

BOROK
Betul-betul harum, Waska.

WASKA
Tidak mungkin!

RANGGONG
Kita sedang menyebrangi samudera yang tidak mungkin itu. tidak ada lagi yang tidak mungkin. Tidak ada lagi ilusi. Tidak ada lagi impian. Tidak ada lagi kenyataan. Semua berbaur sekarang. Yang fana dan yang baka. Yang maya dan yang nyata.

 BOROK
Modar! Harumnya. Kita seperti tersesat dalam hutan melati dan kenanga.

WASKA
gayah, oh kekosonganku
Gayah, oh rinduku yang nelangsa

RANGGONG
Itulah makam itu

BOROK
Itu sinar! Itu cahaya!

RANGGONG
Itu makam seorang pahlawan yang menolak tirani, seorang pahlawan yang menolak tahta manusia sebagai tahta Tuhan. Pahlawan itu seorang Ibu sederhana, Siti Masitoh namanya

NABI
Beroda! Keburukan dan kebaikan. Kejahatan dan kebajikan sama memerlukan doa

BOROK
Waska menangis, Ranggong

RANGGONG
Kamu menangis, Waska

(Waska segera bangkit. Berang)

WASKA
Siapa yang menangis? Saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis! Bahkan ketika bayi juga saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis karena seluruh tubuh saya sudah membatu.

(Gemuruh deru hilang. Cahaya kembali normal)

RANGGONG
Badai sudah kita lewati dan pesawat ini kembali di bawah control kita.

WASKA
Bulan

BOROK
Bulan

RANGGONG
Indahnya kematian

NABI
Berdoa

NYANYIAN
Awan akan jadi kawan
Sepanjang perjalanan
Kalian tidak akan kesepian
Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh ruh
Tuhan di seberang, Menanti kalian
Terbanglah oh ruh, Terbanglah oh, ruh

(Rombongan nyanyian tadi selanjutnya bergerak ke suatu ufuk dalam siluet. Sementara rombongan lain dalam nyanyian lain muncul sambil bergerak ke ufuk yang lain. Sementara rombongan yang lain lagi dan lain lagi dan lain lagi bersama.
Dalam transparan. Dalam cahaya kebiruan menjadi warna dasar. Keculai cahaya khas yang agak kuat pada pesawat itu di mana waska,Ranggong, borok serta robot-robotnya sedang bersiap melakukan pendaratan di bulan)

RANGGONG
Hei, kok kamu mengenakan apa itu? kita tidak memerlukan perlindungan apa-apa lagi. Kita kan keluar dari pesawat ini seperti kita keluar dari bus kota. Segera kita akan terkulai lemas di kawah itu dan segera tubuh kita akan melayang-layang hampa. Buang itu helm dan tabung oksigen.

(Dengan senyum simpul Borok tidak peduli dan terus saja mengenakan segala macam pakaian perlindungan serta segala peralatan untuk menjejakkan kakinya di padang hening lembut sang rembulan. Juga Waska, ia bersiul malah. Entah apa lagunya. Riang sekali dia)

RANGGONG
Hei, kamu juga Waska? Hei, Hei! Kalian ini mau apa sebenarnya? Mau piknik atau mau riset?

(Kedua kawannya sama sekali tak peduli)

RANGGONG
Kalian jadi mau mati atau nggak sih?

BOROK
Lihat ini?

(Tangan kirinya menggenggam)

WASKA
lihat Ini!

(Tangan kirinya menggenggam)

WASKA
kau tahu apa isinya ini?

BOROK
Hayo, apa isinya?
RANGGONG (ternganga)
Mana saya tahu? Ah, kalian kayak anak kecil ah

(Keduanya membuka genggaman. Kosong)

BOROK
Kematian

WASKA
kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung oksigen ini.

RANGGONG
Jadi?

BOROK
Lengkapilah dulu dirimu dengan segala macam pakaian dan alat seolah-olah kamu tidak hendak mati. Seolah-olah kamu Neil Armstrong yang primitif itu, takut-takut menginjakkan kaki di tanah gembur sang rembulan.

WASKA
kita kan menjejakkan kaki kita di kawah Tycho di mana bersilangan dua berkas cahaya yang pernah disapukan Kandinsky.

BOROK
Segeralah. Kita akan menonton teater murni yang paling memesona.

WASKA
Kita akan saksikan koreografi hening dengan iringan kebeningan musik hening

BOROK
Kasih tangan

(Lalu ketiga tangan kiri mereka beremasan dan teracung ke atas)

WASKA
kita adalah trisula yang akan menerobos langit.

(Lalu tak ada suara dan tak bunyi sama sekali. Hening. Dan segala sesuatu menjadi kebiruan)

WASKA
Kita turun


BOROK
Bulan

RANGGONG
Alangkah hening bening kematian. Keindahan tak berkesudahan

(Lalu ketiganya turun begitu rupa seperti memasuki suatu kenikmatan yang menelerkan. Dalam pakaian dan helm masing-masing yang memberati mereka turun. Setengah mengapung mereka. Setengah menari mereka.
Beberapa saat mereka Cuma seperti itu. menari? Mengapung? Koreografi hening dalam bentuk musik hening. Selanjutnya Waska diam. Hanya sesekali oleng. Ia seperti sedang menatap sesuatu di kejauhan. Ranggong juga begitu. Borok juga begitu. kalau nanti mereka bercakap pastilah suara mereka berbeda karena mereka menggunakan hubungan radio)

WASKA
Indahnya

RANGGONG
Semuanya gemulai di sini

BOROK
Modar! Masing-masing bergerombol. Setiap gerombolan bergerak, berjalan, oh, tidak. Lebih tepat mereka disebut menari

RANGGONG
Semuanya gemulai di sini

WASKA
Indahnya

BOROK
Mereka menyanyi tapi suara mereka segera menjadi lampau dan hampa

RANGGONG
Semua rombongan bergerak menari menuju ke suatu sumber cahaya di suatu perbukitan

BOROK
Apennines

RANGGONG
Bukan. Bukit lain yang tidak sempat direkam oleh misi manapun

WASKA
Sebetulnya hidup itu indah. Bukan. Bukan hidup. Alam. Ya, sebenarnya alam itu indah. Dan bagi alam tak ada hidup tak ada mati

BOROK
Tak habis-habisnya rombongan demi rombongan bergerak menari menyanyi menuju bukit itu.
RANGGONG
Ternyata telah terjadi suatu perubahan besar di bulan dan kita luput mengikutinya karena selama ini kita begitu terpukau oleh rahasia Saturnus

WASKA
Menara-menara dan kubah-kubah plastis dari cahaya. Berjuta berlaksa menara dan kubah sama sekali tidak menyesakkan ruang karena semuanya terbangun oleh cahaya. Warna tak terumuskan dan garis bahkan lebih alit dari benang cahaya

BOROK
Pembangunan. Pembangunan. Apa yang terjadi di bulan ini bukan lagi teknologi tapi sudah mendekati aji-aji. Lebih canggih. Ultra-Super-High-Tech! semua serba ultra!

RANGGONG
Waska, lihat diantara para pemain dawai

WASKA (Ternganga)
Gayah, Gayahku! Ia diantara para penyanyi. Ia rupanya penyanyi utamanya. Soloist! Sopranoku! Penyanyiku!

(Ketiganya munur seolah seang menyaksikan suatu pertunjukan yang menakjubkan)

WASKA
Merdunya ia menyanyi

RANGGONG
Merdunya

BOROK
Oh, aria dari opera yang mana? Siapa penciptanya?

RANGGONG
Sepertinya ia sendiri penciptanya. Semua orang menciptakan nyanyian sendiri-sendiri tapi begitu rupa jalinan mereka seolah mereka satu jiwa

BOROK
Seluruh tubuh Bi Gayah yang muda seperti ikut mengalir bersama nyanyian itu

WASKA
Cantiknya ia menyanyi

(Muncul Gayah bersama para penyanyi lain dalam arakan hening penuh cahaya kemilau. Mereka menyanyi tanpa suara. Juga ketika Bi Gayah menyanyi tunggal tanpa suara)

WASKA
Gayah….

RANGGONG
Ia tak mendengar kita

BOROK
Ia tak melihat kita

(Ranggong dan Borok segera menahan Waska yang akan mengejar rombongan Gayah yang semakin jauh dan sayup)

RANGGONG
Sia-sia saja kita mengejarnya

BOROK
Kita belum mati seperti Gayah

WASKA
Kalau begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini

RANG-BOR
Ya

WASKA
Segera kita lepas helm dan otak ini

RANG-BOR
Ya

WASKA
Kita buang tabung oksigen ini

RANG-BOR
Ya

WASKA
Kita bebas

RANGGONG
Selamat tinggal, hidup

BOROK
Selamat tinggal, daging

WASKA
Selamat tinggal, usus. Selamat tinggal, pancaindera

BERTIGA
Selamat datang, kematian

(Yang pertama sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua adalah tabung. Setelah itu mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya secara khusuk mereka berkiblat ke suatu arah. Bahagian sekali mereka. Secara bersama mereka menghisap suasana sekitar. Tergetar hati masing-masing. mereka membaui sesuatu yang harum sekali)
WASKA (tak bersuara)
Harum!

BOROK (tak bersuara)
Ya, harum sekali!

RANGGONG (tak bersuara)
Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya

BERTIGA (tak bersuara)
Hmm….

(Ketiganya masih tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka terpejam. Sakin nikmatnya oleh suatu pengalaman yang baru sama sekali. Lama sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar, tangan-tangan mereka bergerak menari. Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari dalam hening dengan music hening.
Tarian total penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya sepertinya mereka mutlak bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama semakin kuat. Tiba-tiba Waska sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan curiga ia amati bagaimana kedua kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh sadar. Ia cubit dirinya. Ia periksa segala inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua kawannya)

WASKA (tak bersuara)
Bangun! Bangun!

(Kawan-kawannya tentu saja ternganga tidak mengerti)

WASKA (tak bersuara)
Kita belum mati. Kita masih hidup

BOROK (tak bersuara)
Ha?

RANGGONG (tak bersuara)
Kenapa kita? Kenapa?

WASKA (tak bersuara)
Kita masih hidup. Kita belum mati.

(Kedua kawannya masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska mengambil helm dan mengenakannya)

WASKA (tak bersuara)
Ternyata kita belum mati, belum mati.

(Juga Ranggong dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska menyuruh mereka memasang helm dan buru-buru mereka melakukannya)

WASKA
Kita belum mati!

RANGGONG
Tidak mungkin!

BOROK
Kita sudah mati tapi kita tidak bisa membedakannya

RANGGONG
Ya, boleh jadi kita belum terbiasa dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah mati

BOROK
Ya. Pasti kita sudah mati. Hanya saja kita tidak sadar.

WASKA
Ya. Boleh jadi. Kalau begitu keliru persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu bukan menjadi tiada. Mati itu bukan kehilangan kesadaran

BOROK
Ternyata seru juga rasanya mati

RANGGONG
Gugur semua teori tentang kematian, baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran

BOROK
Pokoknya mati itu tidak seperti yang dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng

RANGGONG
Kita ini memang sok jagoan di jagat raya!

(Malu-malu dan ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar)

BOROK
Pengen rasanya saya datangi itu dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati

RANGGONG
Aneh juga. Sudah satu abad kagak negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot lagi. Eh, macam-macam rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi. Makin mati makin ngawur

BOROK
Terus terang, ini juga kalau tidak digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek
(Malu-malu dan ragu-rag,u Waska muncul lagi)

RANGGONG
Darimana bos?
(Waska hanya senyum)

BOROK
Ah, ditanya darimana jawabnya Cuma senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya kurang
 RANGGONG
Darimana?

BOROK
Pasti mojok sama bidadari. Disiram malaikat lu!

WASKA
Malu. Lucu

BOROK
Kok geli sendiri. cerita dong. Darimana habis apa?

WASKA
Aneh. Saya sudah mati kok masih bisa kencing

RANGGONG
Kencing?

BOROK
Ah, si bos ngawur pasti. Masa kencing

WASKA
Betul. Kencing. Tadinya juga saya nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur begitu saja saya percaya. Kamu tidak ingin kencing?

RANGGONG
Tidak sama sekali

BOROK
Saya coba. Siapa tahu saya juga bisa kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal saya suah mati.

(Lari ia dan keluar. Yang lain menunggu. Tegang)

WASKA
Saya mulai curiga

RANGGONG
Saya juga mulai bimbang dan ragu

(Borok muncul dengan ketawa)

BOROK
Kencing saya. Ajaib

WASKA
Kalau begitu, jelas kamu belum mati

BOROK
Jelas saya sudah mati. Kamu juga sudah mati. Ranggong juga.

WASKA
Kita belum mati. Kita masih hidup.

RANGGONG
Tida, Waska. Kita sudah mati

WASKA
Buktinya mana? Bukti apa kalau kita sudah mati?

BOROK
Kita di sini. di bulan.

RANGGONG
Di sini tidak ada oksigen dan tak ada yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan bantuan radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini dan tak pernah diantarkan ke mana-mana karena tak ada udara.

BOROK
Kita sudah mati Waska. Sudah mati.

RANGGONG
Bisa dipahami kenapa kamu tidak yakin bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup begitu lama telah kamu jalani dan telah begitu lama kau rindukan kematian yang membebaskan. Bisa dipahami.

BOROK
Jiwa kamu pasti sedang mengalami shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit kamu lepaskan dan kamu begitu terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang sama sekali belum pernah kamu alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami shock. Tapi tidak lama. Sekarang keadaan saya ok.

RANGGONG
Saya juga shock tadi, tapi shock breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu ketika saya masih hidup tidak jarang saya melakukan exercise. Berbagai kemungkinan dan variasi petualangan dengan berbagai jenis kecelakaannya saya jalani. Bahkan secara sensasional saya pernah melakukan terjun dari ketinggian lima puluh ribu kaki tanpa mengembangkan paying. Semua penonton termasuk para turis yang telanjang dan setengah telanjang dari pantai Kuta sampai Waikiki dan Riviera perancis secara serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang. Baru ketika kaki saya menyentuh daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera seluruh anggota PBB serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum habis bahaya yang harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan meletakkan kedua kaki saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah meter radiusnya. Di luar daerah itu adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu tersentuh ujung sepatu saya pati meledak. Nah, pada saat itulah saya melatih jantung saya. Dan ketika kedua kaki saya tepat menyentuh tanda silang semua kepala Negara di seluruh dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua umat manusia menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya yang rupanya sangat membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan kebudayaan mati.
(Waska kelihatan bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara kedua anak uahnya memerhatikannya dengan rasa kasihan yang sangat)

BOROK
Jangan bimbang

WASKA
Saya tidak bimbang. Saya sangsi.

RANGGONG
Jangan. Jangan sangsi.

WASKA
Saya tidak sangsi. Saya bingung.

BOROK
Juga jangan bingung. Rileks, ambil napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih supaya terbantu. Tapi… (lihat sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air. Atau fungsi air di alam dan budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain?

RANGGONG
Sebagaimana maut, budaya mati memang masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang yang masih hidup.

BOROK
Perlahan dan sedikit demi sedikit kamu pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska. Atau kamu juga mengalami post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal kekuasaan di budaya mati. Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini tidak laku yang namanya politik, ideology dan lain-lain sejeninsnya.

RANGGONG
Tapi saya tidak keberatan kalau kamu masih mau main raja-rajaan di sini kayak di bumi. Saya dan Borok tidak keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan kuatir. Yang penting tetap tenang dan senang. Rustig.

BOROK
Ya Waska, nikmatilah kedamaian di sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang lebih membetahkan daripada di alam yang murni netral objektif ini? Di sini tidak ada itu apa yang namana demokrasi atau otokrasi atau tirani.

RANGGONG
Tidak ada yang namanya kapitalisme dan sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini nol.

BOROK
Atau kita jalan-jalan dulu sebentar, Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu dengan raungan pemimpin kita ini akan lepas dari kepanikannya.
(sebentar ini benar-benar Waska jadi kayak orang dungu)

RANGGONG
Saya kira ide bagus, ayo.

BOROK
Kita jalan-jalan sebentar, Waska.

RANGGONG
Kita perlu orientasi rupanya. Sambil melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini kita coba lacak kembali, kalau bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar. Istilah kunonya; Napak Tilas!

BOROK
Seru betul. Napak tilas di akherat. Geli juga.

(mereka bangkit, lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi lembah mereka jalani. Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah pasir yang lembut gembur itu. dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena terkadang sesekali mereka oleng atau goyang)

BOROK (Nyanyi)
Bulan, bulan di langit
Mengapa kau sendiri
Mari turun ke…

RANGGONG
Nyanyi yang lain dong, bulan. Kita kan di bulan!

BOROK
Lho, apa salahnya? Ini kan sekedar kenangan (lalu nyanyi lagi)
Waktu malam sunyi
Malam tiada bergema
Tiada bintang…

RANGGONG
Lagu ini bolehlah sekalipun kunonya nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya zaman Bing Slamet

(Eh, tiba-tiba nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara lain yang merdu. Lengkap dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah tentu ke bengong-bengong mereka)

RANGGONG
Lho, suara kamu kok dobel, Rok!?

BOROK
Dobel?

RANGGONG
Eh, ada suara lain. Suara lain. Lain orang!

BOROK
Gema ngkali
RANGGONG
Betul-betul suara. Saya kenal suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music

BOROK
Iya, ya. Betul-betul suara. Betul. Pakai musik.

RANGGONG
Siapa yang mutar ph lama di bulan ini? Aneh.

SUARA
Demikian tadi para pendengar sekalian Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’ selanjutnya kita nantikan tepat pukul dua puluh saat warta berita

BOROK
Eh, radio

RANGGONG
Radio

BOROK
Radio lama

RANGGONG
Kuno, kuno. Itu radio pertengahan abad 20

(Sementara kedengaran music saat menanti acara warta berita yang kadang timbul-tenggelam. Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya Waska Cuma diam saja. melihat tingkah laku kedua temannya)

RANGGONG
Betul-betul suara dari abad yang silam

BOROK
Modar! Menakjubkan! Bagaimana mungkin!?

RANGGONG
Jangan-jangan waktu adalah siklus. Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau berputar dan kembali ke masa lampau

WASKA
Bukan.
(Berpaling Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama sekali kelihatan tidak peduli)

WASKA
Waktu tak pernah kembali. Tak berujung.

BOROK
Lalu suara radion itu? apakah suara itu hanya rekaman dan ada seseorang di sekitar sini yang menghidupkannnya kembali?

RANGGONG
Ya, jangan-jangan ada seseorang atau sesuatu mahluk di sekitar sini yang menyimpan suara-suara itu.
(Semakin heran mereka ketika suara-suara itu melenyap diterbangkan sesuatu entah kemana)

BOROK
Hilang

RANGGONG
Hilang. Tanpa sisa sama sekali.

BOROK
Bahkan desispun tak ia tinggalkan

RANGGONG
Tak ada riak. Tak ada gelombang.

BOROK
Modar! Otak saya mulai bekerja

RANGGONG
Saya mulai mengerti, tapi belum paham benar.

WASKA
Rupanya yang namanya suara atau bunyi tidak pernah hilang. Sekali ia dilontarkan ia akan terus mengelana kemana-mana. Alam tetap menyimpannya.

(Sambil menjelaskan hal itu, Waska dengan tenang membuka helmnya sehingga suaranya tenti saja akan berubah akibatnya. Kedua sahabatnya hanya melohok saja)

WASKA
Pada kondisi tertentu, alam akan menghadirkan kembali suara-suara yang disimpannya. Saya sendiri baru sekarang menyaksikan bukti atas teori ini. Ajaib sekali. Ternyata pengetahuan kita memang masih sangat terbatas mengenai banyak hal. Baru saya sadari sekarang bahwa sunggu-sungguh kita tidak pernah sampai kepada pengetahuan yang lengkap alias kebenaran. Kita hanya selalu sampai pada sisi-sisi kebenaran. Tapi, kita memang sok jagoan di bumi. Dan kalau kita terperangkap dalam kenyataan seperti sekarang ini, baru kita sadari bahwa kita sungguh bodoh.

RANGGONG
Tapi bagaimana dengan suara itu, Waska?

BOROK
Saya belum paham betul.

WASKA
Dulu juga saya tidak dapat memahami. Bahkan tidak mau menerima teori ini. Pernah, saya kira sekitar menjelang abad 20 akan berakhir, saya bertemu dengan seorang kiayi di suatu  desa di kaki gunung Ciremai. Masih muda orangnya. Dari dua puluh empat jam sehari ia hanya menyisakan waktu tiga jam untuk tidur dan tiga jam untuk bertani. Jam-jam selebihnya ia isi dengan sembahyang dan dzikir dan dzikir.

(Tanpa sadar, saking tertarik akan cerita Waska. Ranggong dan Borok menanggalkan helm mereka masing-masing)

RANGGONG
Dzikir dan dzikir

BOROK
Dzikir dan dzikir

WASKA
‘laa ilahaa illallah..’ begitulah ia isi setiap helaan napasnya. Saya anggap perbuatan gila macam apa itu? tapi kalian tahu saya selalu respek kepada orang-orang yang berkeyakinan dan berpendirian. Jadi saya pun dengan sopan bertanya kepada kyai itu, kenapa dan untuk apa ia berbuat seperti itu?

BOROK
Untuk apa?

RANGGONG
Apa jawabnya?

BOROK
Kayak main jailangkung?

WASKA
Tidak tepat begitu tapi serupa itu. cobalah. Nah, saya mulai mendengar sebur bunyi ombak. Saya harap ombak itu di pantai Cirebon.

BOROK
Ya, ombak.

RANGGONG
Saya juga mendengarnya. Juga deru angin.

BOROK
Sekarang saya dengar gemerisik daun-daun bamboo kering diinjak kaki entah siapa.

RANGGONG
Kambing-kambing mengembik. Suara kerbau.

BOROK
Suara jangkrik dan cacing

(Suara dan bunyi itu memang kemudian perlahan hadir di sekitar mereka. Takjub mereka. Lalu gemuruh dzikir yang bagai koor alam yang berisi magis. Semua itu tidak terlalu lama. Lalu lenyap. Tapi ketika Borok mau angkat bicara)

SUARA KYAI (Biasa saja)
Saya ini orang bodoh. Karena itu saya percaya bahwa yang namanya suara itu tidak akan pernah hilang. Bahkan apa saja yang di ala mini tidak pernah hilang atau kurang. Karena itu saya dzikir. Artinya dzikr saya juga tidak akan pernah hilang. Kalau kata orang pintar, alam kita sekarang sudah terkena banyak polusi. Di sekitar kita ini sudah terlalu penuh dengan suara-suara dan bunyi-bunyi kotor, kata-kata kotor dan lain sebagainya. Jadi mudah-mudahan dzikir saya akan mengimbangi suara-suara kotor itu.

BOROK
Menyesal sekali. Saya justru sebaliknya dari kyai itu. dari dua puluh empat jam, dua puluh jam saya gunakan untuk memaki.

RANGGONG
Saya tidak pernah separah kamu tapi tidak sedikit kata-kata saya yang kotor saya lontarkan setiap hari ketika saya masih hidup. Apalagi kalau saya sedang marah.

BOROK
Lebih-lebih kalau saya sedang ngibing di kompleks perempuan….gituan. kotor lagi kata-kata saya!

RANGGONG
Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.

BOROK
Menyesal sekalis aya. Kalau saya saya tahu mengenai teori suara dari kyai itu, tentu saya akan menjaga mulut saya. Modar! Waduh, kotor lagi mulut saya. Oh, ketika saya masih hidup….

RANGGONG
Jangan mulai ngaco lagi, Waska. Biarpun kamu dulu bos di dunia, di sini kamu harap membatasi diri. Boleh saja kamu petantang-petengteng tapi jangan mulai menggoyahkan keyakinan saya dakan kondisi mati saya.

BOROK
Tolong jangan bangunkan saya dari nikmat mati ini.

RANGGONG
Saya memang merasa kasihan melihat kamu yang rupanya masih juga dalam keadaan shock tapi….

BOROK
Tapi saya nggak sabar. Nggak sabar dengan sikap kamu yang lembek ini, Waska. Tegarlah kamu, insyaflah. Sadarilah. Kamu ini sudah mati.

WASKA
Saya masih hidup seperti halnya kalian.

BOROK
Maaf Waska. Saya tidak bisa lagi ketawa seperti tadi menghadapi kamu.
RANGGONG
Saya terus terang mulai merasa jengkel. Saya kuatir, lama-lama saya juga mulai goyah oleh sikap bimbang kamu. Lama-lama saya bisa jadi tidak yakin bahwa saya sudah mati.

WASKA
Kamu tidak perlu yakin. Kamu emmang masih hidup.

BOROK (Marah besar)
Waska! Modar!

RANGGONG
Bergurau ada batasnya. Persoalan mati ini sudah menyangkut persoalan iman, jangan dibikin mainan.

(Setelah mengambil helm dan tabungnya yang tergeletak di tanah dengan kalem Waska nggeloyor menuju pesawatnya)

BOROK
Eh, ngeloyor malah. Bisa tambah marah saya. Dan kalau sampai terjadi saya bisa ngelunjak lantaran ninju karung sperma bocor yang tua itu, wah bisa menyesal selama-lamanya saya. Sialan. Belum pernah selama saya menjadi asistennya selama berabad-abad berniat maker. Padahal saya mampu kalau saya mau. Tapi saya tidak mau. Saya tidak punya niat, karena memang saya respek sama itu bandot tua. Biar bagaimana pun dia bangkotan kemanusiaan nomor wahid sepanjang sejarah.

RANGGONG
Tongkrongannya emang kriminil tapi nuraninya bersih penuh cahaya kebaikan persahabatan manusia.

BOROK
Semangat lelaki tua itu telah menyelamatkan bermilyar manusia yang putus asa oleh kemiskinan dan kebodohan. Dia angkat derajat manusia. Dia bangkitkan semangat manusia.

RANGGONG
Dia pahlawan. Saya masih ingat betul ketika malam itu dia bertarung melawan ajal dan menolak ajal.

BOROK
Saya masih ingat ketika kita berdua menemui petapa tua di puncak Himalaya untuk menapatkan ramuan obat yang dapat menangkal ajal dan maut.

RANGGONG
Saya ingat ketika kita merambu jamu Dadar bayi yang telah menyebabkan kita bertiga kebal ajal.

BOROK
Saya ingat ketika setelah itu kita serempak secara mendadak bergerak menggedor seluruh toko, supermarket, kantor, pabrik di seluruh dunia.

RANGGONG
Saya ingat pesta pora itu

BOROK
Saya ingat kemajuan demi kemajuan

RANGGONG
Sementara kita tidak pernah maju karena kita tidak pernah mati.

BOROK
Dan sekarang setelah kita mati, eh dia malah rewel. Bikin jengkel lagi.

(Dengan santai di kejauhan kelihatan Waska sedang menyalakan rokok dan menyedotnya dalam-dalam. Sebelumnya dia minum sesuatu)

BOROK
Dia selalu bikin saya pusing. Dia selalu memaksa otak saya bekerja. Padahal saya paling malas berpikir. Tapi dia selalu menggoda.

RANGGONG
Dan sekarang dengan kalem ia sedang menggoda kita dengan kebimbangan dan kesangsiannya. Sudah jelas kita sudah koit tapi dia masih juga ngutak-ngatik-ngusik-ngusik mengatakan kita masih hidup.

BOROK
Bisa gampang goyah kalau iman tipis menghadapi dia.

RANGGONG
Kita malah sekarang sedang goyah.

BOROK
Modar! Saya tidak boleh goyah! Saya harus tetap yakin bahwa saya sudah mati.

RANGGONG
Tapi dia dengan gayanya yang kayak celeng berotak jenius, lihat, ia betul-betul sedang menggoyahkan iman kita.

BOROK
Jahat dia, Modar! Cara dia merokok begitu rupa seperti mengejek keyakinan kita.

RANGGONG
Celakanya lagi dia tiak hanya berpikir dengan otaknya tapi seluruh dirinya. Bahkan rambutnya ikut berpikir karena seluruh dirinya memuat begitu banyak disket dengan berbagai program yang tak terhitung jumlahnya.

BOROK
Bahkan gayanya. Gayanya ikut berpikir. ngeledek betul dia.
 RANGGONG
Mau tidak mau kita terpaksa harus mengejar mendekati dia. Bagaimana pun dia magnit sementara kita Cuma sekrup-sekrupnya.

BOROK
Modar!

RANGGONG
Ayo kita dekati dia. Kita ngalah.

BOROK
Saya setuju kita dekati dia, tapi saya tidak mau ngalah. Kita harus mengalahkan dia. Iman kita harus mengalahkan imannya. Pokoknya dia harus ngaku bahwa dia sudah mati. Kalau dia nggak mau ngaku juga bahwa dia sudah mati, paling tidak, dia harus menyatakan bahwa kita berdua sudah mati.

RANGGONG
Kita coba.

BOROK
Janji dulu.

RANGGONG
Janji

BOROK
Ikrar nih ya!?

RANGGONG
Ikrar.

BOROK
Ayo, tapi jangan lupa tebalkan dulu iman kita.

(Lalu mereka berjalan menuju tempat Waska tidak jauh dari pesawat. Helm dan tabung dan lain-lain, mereka tidak sentuh. Lupa ngkali. Begitu sampai di sana baik Ranggong maupun Borok tidak segera omong. Beberapa saat mereka Cuma diam saja. dan Waska tetap sayik dengan rokoknya. Sesekali melintas meteor)

WASKA
Bagaimana?

(Ranggong dan Borok Cuma saling pandang)

WASKA
Sudah yakin sekarang?

BOROK
Sudah. Yakin sekali.

WASKA
Yakin apa?

BOROK
Yakin kita sudah mati.

RANGGONG
Ya Waska, maafkan kami berdua karena kami terpaksa harus memaksa mulut kamu supaya menyatakan bahwa kita bertiga sudah mati.

BOROK
Kasarnya kamu harus ngaku bahwa kamu sudah mati. Terus terang saya tidak mau main kasar dalam hal ini.

RANGGONG
Selama ini kita bersahabat. Hidup bersahabat, hendaknya mati juga kita tetap bersahabat.

(Waska tertawa)

BOROK
Jangan paksa saya main tangan, Waska. Ketika hidup saya memang tangan kanan kamu, asisten kamu. Tapi sekarang status sedikit banyak berubah pada kita.

RANGGONG
Tolong waska, jangan mendorong Borok, pembantumu yang setia dan saya yang selalu loyal ini terdorong untuk menghajar kamu.
(Makin hebat Waska ketawa. Tak sabar dan tak dapat menahan diri, maka Borok langsung meninju Waska sampai lelaki tua itu terpental agak jauh. Naumn, Waska tidak jatuh. Ada darah di mulutnya tapi dia tetap kukuh berdiri. Bahkan rokoknya masih di tangannya. Dengan tenang dan tersenyum Waska menghapus darah itu. sementara Ranggong menahan Borok )

RANGGONG
Tahan diri, Borok! Tahan diri! Atau kamu akan berhadapan dengan saya sendiri!

BOROK
Cara becanda dia kelewatan.

RANGGONG
Jangan lupa, bagaimana pun kita berdua tidak akan mampu berbuat banyak tanpa dia.

WASKA
Untuk pertama kali saya dipukul anak buah sendiri. pahit-pahit-manis.

RANGGONG
Maafkan Borok Waska

WASKA
Tentu saja saya harus memaafkan kalian, kalau tidak, pastilah saya pemimpin kampungan yang bodoh. Apa kata saya tadi? Pahit-pahit-manis, bukan? Ya, menerima tamaparan dari anak sendiri itu pahit-pahit-manis. Pahit karena sakit tapi sekaligus manis karena bahagia menyaksikan keberanian anaknya yang sedang tumbuh menjadi dirinya.

(Tiba-tiba Borok lari menghambur dan mendekap kaki Waska, sementara Ranggong ikut mengejarnya karena kuatir)
 BOROK
Maafkan saya, Waska. Kamu sendiri tahu tangan saya kadang suka dol.

WASKA
Sudah tentu saya memaafkan kamu. Saya bukan pemimpin bodoh yang tidak berpendidikan. Kamu kira saya pemimpin yang sakit jiwa yang begitu gampang tersinggung dan selalu punya hambatan psikologis dalam menghadapi tangan bawahannya?

RANGGONG
Kami selalu kagum kepadamu, Waska.

WASKA
Kalian memang tangan kanan dan kiri saya.
(Lalu Borok bangkit, malu. Lalu menyerbu dalam pelukan Waska. Erat pelukan. Ranggong juga menyerbu. Mereka bertiga erat berpelukan)

BERTIGA
Kita adalah tiga batang lilin dengan warna ungu yang dibakar rindu.

(Saling ketawa mereka, saling senyum mereka. Dan kembali mereka bersahabat)

WASKA
Sekarang yakinlah saya bahwa kita belum mati

BOROK
Tolong Waska, jangan mulai lagi.

RANGGONG
Kita bertiga sudah happy forever, Waska. Tolong dongeng kita jangan diubah endingnya.

WASKA
Tadi kalau kalian mengatakan kasihan melihat saya. Sekarang saya kasihan melihat kalian. Ikuti saya.

(Lalu Waska membawa mereka ke tempat di mana helm-helm dan lainnya tergeletak dan dalam-dalam Waska menyedot lagi rokoknya)

WASKA
Apa ini?

(Tanyanya sambil menyepak salah satu helm yang tergeletak)

WASKA
Tahu apa artinya ini?

RANGGONG
Saya tidak mengerti. Apa maksud kamu?

BOROK
Sejak tadi kita tidak pakai helm dan kita tidak mengalami perubahan apapun. Bahkan kita bisa berkomunikasi langsung, saling bicara, kita bersuara

BOROK
Modar!

RANGGONG
Tidak mungkin, Waska. Kita sudah mati sejak pertama kita menanggalkan helm.

BOROK
Dan pertama kali kita menginjakkan kaki di sini kita sama sekali tidak dapat berkomunikasi.

RANGGONG
Baru setelah kita mengenakan helm kita bisa saling mendengar suara kita.

WASKA
Buktinya sekarang kita bisa saling mendnegar suara kita tanpa bantuan gelombang radio sama sekali. Kita juga bernapas dengan normal.

RANGGONG
Lalu ketika semula kita tidak bisa saling mendengar suara kita?

WASKA
Itu semua ilusi

BOROK
Modar!

WASKA
Lapisan udara di sini rupanya sudah ebrubah tanpa kita ketahui. Sekitar sini ternyata sudah mulai dipenuhi udara sekalipun masih terasa agak pengap.

RANGGONG
Tidak mungkin Waska. Jangan bilang begitu, Waska.

BOROK
Jangan patahkan harapan saya Waska. Modar!

WASKA
Masih banyak bukti lain. Tapi bukti darah yang muncrat dari gusi saya karena ditinju Borok cukup kuat untu menyadarkan kita akan kondisi kita sebenarnya.

RANGGONG
Jadi betul-betul kita belum mati?
 BOROK
Modar!

WASKA
Apa boleh buat kita harus menerima kenyataan pahit ini. Kita memang masih hidup.

RANGGONG
Sial! Sial!

BOROK
Modar! Kok kita nggak mati-mati sih!

(Keduanya menangis. Menangis tua)

BOROK
Kita sudah capek!

RANGGONG
Kita sudah di atas kegilaan yang paling gila!

BOROK
Tahu begini, lebih baik saya kerja paksa di Siberia!

RANGGONG
Atau dipanggang di padang Sahara!

(Keduanya menangis sedih sekali, menangis tua. Waska sekuat tenaga menahan keharuannya. Lalu fade in bunyi gelombang-gelombang radio. Dan fade in suara nyanyian yang merdu itu. lalu fade in)

SUARA GAYAH
Waska!

(Waskapun segera bangkit mencari arah suara itu)

SUARA GAYAH
I Love you, Waska!

(Waska masih mencari arah suara itu. dan lalu suara nyanyian lagi)

RANGGONG
Satu-satunya harapan ada di bumi. Kita sebaiknya kembali ke sana!

BOROK
Buat apa? Di sana kita akan semakin tersiksa oleh kekosongan ini!

RANGGONG
Kita cari monyet tua itu. Albert Tambayong, petapa tua itu. wiku. Wiku. Empu yang arif itu. dari dia dan istrinya kita mendapatkan formula obat penangkal ajal. Maka bukan mustahil kita bisa mendapatkan dari ia formula lain yang mampu membunuh kita.

WASKA
Ya, sejak tadi saya juga sedang berpikir tentang petapa tua dan istrinya itu. saya curiga ini semua ulah mereka.
BOROK
Modar! Kemana kita akan mencari mereka?

RANGGONG
Seperti dulu kita temui mereka. Di salah satu desa di puncak Himalaya

BOROK
Modar!

WASKA
Kita kembali ke bumi!

Naskah Teater- OZONE atau ORKES MADUN IV babak satu Karya ARIFIN C. NOER
4/ 5
Oleh
Add Comments


EmoticonEmoticon